Pendahuluan
Di antara warisan terbesar dunia Islam adalah sanad keilmuan—rantai transmisi ilmu yang bersambung dari guru ke murid, hingga kepada Rasulullah ﷺ. Dalam konteks ini, hubungan antara Syaikh al-‘Allamah Ahmad Hijazi al-Fasyani dan Tubagus KH. Ma’mun al-Bantani menjadi contoh nyata dari keterhubungan sanad keilmuan antara Timur Tengah dan Nusantara. Artikel ini mengupas secara komprehensif bagaimana dua sosok besar ini terhubung dalam jaringan sanad qira’at dan ilmu-ilmu Islam lainnya, khususnya di Haramain (Makkah dan Madinah).
Profil Singkat Dua Tokoh Besar
1. Syaikh Ahmad Hijazi al-Fasyani (1303–1381 H)
Seorang ulama besar dari Mesir yang terkenal sebagai ahli dalam bidang qira’at, fiqih, dan tafsir. Beliau menjadi salah satu pakar qira’at di Masjidil Haram, dan memiliki banyak murid dari seluruh penjuru dunia Islam. Karya-karyanya tersebar di Timur Tengah dan menjadi rujukan dalam bidang ilmu al-Qur’an.
2. Tubagus KH. Ma’mun bin Rafi’uddin al-Bantani
Seorang ulama asal Banten yang dikenal luas di Tanah Suci. Beliau bermukim lama di Makkah dan menjadi guru bagi banyak murid dari Nusantara dan luar negeri. Di antara bidang spesialisasinya adalah ilmu qira’at, fiqih Syafi’iyyah, dan tasawuf. KH. Ma’mun juga dikenal sebagai salah satu penjaga sanad qira’at di Haramain dari kalangan ulama Jawa.
Sanad Keilmuan di Makkah
🌍 Pertemuan Dua Ulama
Berdasarkan berbagai sumber seperti Jaringan Santri Qira’at Nusantara, Berita Kita Wong Banten, dan Dawuhguru, disebutkan bahwa:
“Syaikh Ahmad Hijazi al-Fasyani pernah berguru kepada Tubagus KH. Ma’mun al-Bantani saat beliau bermukim di Makkah.”
Hal ini menunjukkan bahwa KH. Ma’mun bukan sekadar ulama lokal, tetapi telah menembus cakrawala dunia Islam, hingga mampu menjadi rujukan keilmuan bagi ulama besar dari Mesir.
🕌 Metode Talaqqi
Hubungan keilmuan antara Syaikh Hijazi dan KH. Ma’mun dilalui melalui talaqqī bimusyāfahah, yaitu proses pembelajaran langsung dari guru kepada murid, lazimnya di majelis-majelis ilmu Masjidil Haram. Proses ini menjamin validitas ilmu, terutama dalam ilmu qira’at dan sanad hadits.
Sanad Qira’at: Jalur Emas dari Banten ke Haramain
Tubagus KH. Ma’mun memiliki sanad qira’at yang bersambung kepada para imam qira’at sab’ah dan ‘asyarah. Dengan Syaikh Ahmad Hijazi menerima ijazah dari KH. Ma’mun, berarti beliau juga menyambung ke sanad para imam qira’at tersebut.
Berikut garis sanad ringkasnya:
Jejak Literasi dan Biografi
-
Dalam risalah Sayyid Ahmad Hamid at-Tiji: Muara Sanad Qira’at Nusantara disebutkan:
“Syaikh Ahmad Hijazi al-Fasyani menerima sanad dari Tubagus KH. Ma’mun al-Bantani saat beliau bermukim di Makkah.”
-
Dalam blog Wong Banten juga tercatat daftar murid Syaikh Ma’mun, salah satunya adalah “Syekh Ahmad Hijazi, Mesir”.
Dampak Keilmuan
-
Penyebaran Ilmu Qira’at ke Mesir dan Dunia Arab
Dengan adanya pengakuan sanad dari ulama Mesir, berarti ilmu para ulama Nusantara mendapat legitimasi internasional. -
Kebanggaan Pesantren Tradisional
Santri-santri Indonesia patut bangga karena gurunya, seperti KH. Ma’mun, mampu mengajar tokoh sekelas Syaikh Hijazi. -
Jaringan Sanad Global
Menunjukkan betapa kuat dan luasnya jaringan keilmuan Islam yang menghubungkan Nusantara dengan pusat dunia Islam.
Berikut saya tampilkan sanad keilmuan Tubagus KH. Ma'mun al-Bantani dalam bentuk struktur ranting (pohon sanad) dari beliau hingga kepada Rasulullah ﷺ, khususnya dalam bidang ilmu qira’at dan fiqih Syafi’iyyah, berdasarkan berbagai literatur tradisional (khususnya dari jaringan pesantren dan Haramain):
🌳 Pohon Sanad KH. Tubagus Ma’mun al-Bantani
🔍 Keterangan Jalur:
-
Jalur Fiqih: Bersambung kepada Imam Syafi’i melalui jalur ulama Syafi’iyyah Haramain.
-
Jalur Qira’at: KH. Ma’mun dikenal memiliki sanad qira’at sab’ah dan ‘asyarah, diterima dari ulama Haramain, seperti:
-
Syaikh Yasin al-Fadani
-
Syaikh Salim al-Bisyri
-
Syaikh Muhammad Hasbullah al-Makki
-
Sanad qira’at tersebut kemudian diturunkan kepada:
-
Syaikh Ahmad Hijazi al-Fasyani
-
Para qari Nusantara yang belajar di Haramain
📜 Tambahan Santri & Penerus:
KH. Ma’mun mengajar banyak santri baik di Haramain maupun di Indonesia setelah kembali. Di antaranya:
-
KH. Syihabuddin Ma’mun (putra)
-
Santri dari Banten, Lampung, Sumatera Barat, Sulawesi, hingga Malaysia
Penutup
Hubungan sanad antara Syaikh Ahmad Hijazi al-Fasyani dan Tubagus KH. Ma’mun al-Bantani bukan sekadar catatan sejarah, melainkan bukti konkret kontribusi ulama Nusantara di panggung keilmuan dunia Islam. Hubungan ini juga menjadi penguat semangat para santri untuk terus menjaga dan menyambung mata rantai sanad keilmuan Islam.